kenal dan ter'kenal'
semalam saya dan deni nonton acara launching buku di toko buku di kemang, demi menonton band favorit kami. seperti telah diduga ada banyak seleb seleb komunitas itu. mereka bercengkrama akrab ketika bermain diantara wajah wajah tak terkenal seperti kami. tapi eh tunggu, ada 1 wajah dikenal 1 buat saya, dan 1 buat deni.
buat saya dia adalah teman satu TK, SD, dan SMP saya.. dia anak mendiang sutradara terkenal, dan aktris lawas. saya segan menyapanya.. dia seleb di sekolah saya, sangat sangat beda kastanya. dia juga salah satu seleb komunitas itu. lagipula saya ragu dia ingat saya, kecuali jika di muka saya ada tulisan isyana natalia risti 3A.
lalu yang buat deni, adalah seorang musisi teater kampusnya, konon dia memang jago, saya sempat melihatnya main dikawinan beberapa teman kampus deni. kami menonton tidak jauh dari dia, dengan jeda ade paloh (mantan vokalis sore). namun ia seakan tak kenal ketika deni spontan menyapanya waktu dia berbalik ke belakang. sepanjang 2 jam pertunjukan tak ada sapa menyapa lagi. kecuali teman deni yang berkali kali 'akrab' sama ade paloh.
lalu saya jadi berpikir. apa iya ya, mungkin saja kita punya qouta mengingat orang. misalnya qouta kita 100, jika sudah lebih dari 100 maka memori orang yang terbelakang terhapus, seiring dengan pertambahan memori terbarunya. mungkin saja deni keluar dari qouta memori si musisi kampus tadi, karena sudah semakin banyak orang yang ditemui. begitu juga dengan saya dan teman sekolah, saya sudah tergeser jauh di qoutanya semasa dia makin banyak berjabat tangan dengan orang lain. karena pertambahan pertemanan kami berdua berjalan lambat selama kami sudah hidup 30 tahun ini, tidak seperti para seleb, jadi kami merasa tahu betul yang sebenarnya hanya satu dua kali jabat tangan. kembali, apa iya ya?
buat saya dia adalah teman satu TK, SD, dan SMP saya.. dia anak mendiang sutradara terkenal, dan aktris lawas. saya segan menyapanya.. dia seleb di sekolah saya, sangat sangat beda kastanya. dia juga salah satu seleb komunitas itu. lagipula saya ragu dia ingat saya, kecuali jika di muka saya ada tulisan isyana natalia risti 3A.
lalu yang buat deni, adalah seorang musisi teater kampusnya, konon dia memang jago, saya sempat melihatnya main dikawinan beberapa teman kampus deni. kami menonton tidak jauh dari dia, dengan jeda ade paloh (mantan vokalis sore). namun ia seakan tak kenal ketika deni spontan menyapanya waktu dia berbalik ke belakang. sepanjang 2 jam pertunjukan tak ada sapa menyapa lagi. kecuali teman deni yang berkali kali 'akrab' sama ade paloh.
lalu saya jadi berpikir. apa iya ya, mungkin saja kita punya qouta mengingat orang. misalnya qouta kita 100, jika sudah lebih dari 100 maka memori orang yang terbelakang terhapus, seiring dengan pertambahan memori terbarunya. mungkin saja deni keluar dari qouta memori si musisi kampus tadi, karena sudah semakin banyak orang yang ditemui. begitu juga dengan saya dan teman sekolah, saya sudah tergeser jauh di qoutanya semasa dia makin banyak berjabat tangan dengan orang lain. karena pertambahan pertemanan kami berdua berjalan lambat selama kami sudah hidup 30 tahun ini, tidak seperti para seleb, jadi kami merasa tahu betul yang sebenarnya hanya satu dua kali jabat tangan. kembali, apa iya ya?
Comments
Post a Comment