anak ibu mau masuk SD


alhamdulillah sali udah diterima di SD.. biar juga mulainya baru juni, apa juli ya? (orang tua macam apa kamu yana), eniwei, menurut saya.. ini periode penting buat sali yang bikin ibu pingin nulis lagi.
setelah beberapa lama vacum, karena entahlah lagi periode ga pingin ditulis, cuman dikerjain aja.

dari terakhir nulis, udah banyak yang berubah. sali lagi rajin les nari hip hop, itu dunianya sekarang. dan buat saya dan deni aktivitas baru sali ini cukup makan waktu kami. jadi kami juga jarang jalan jalan.

ceritanya saya mau cerita soal memilih sekolah buat sali. sebenernya saya dan deni emang udah suka sama sekolah yang kami incer ini dari jaman sali masih kecil. gedungnya kami lewati tiap hari kalau jemput sali dari mama, pulang ke limo. pada akhirnya kami berjodoh dengan daycare sali yang letaknya ga jauh dari sekolah inceran itu. lalu karena merasa aktivitas limo terlalu berat buat kami bertiga jalani, kami pun memutuskan mengontrak dekat daycare sali. tentu saja otomatis sekolah inceran kami ini jadi prioritas utama ketika mendaftarkan sali.

apa sih nama sekolahnya? sekolah gemala ananda. beberapa teman saya sudah memasukkan anaknya disini, pertama dengar sih dari puan, lalu sahabat saya amanda pun masukin anaknya di sini. begitu juga dengan 2 teman saya lainnya. jadi ketika ada undangan open house, saya langsung dikabari sama beberapa teman saya. jadi lah saya dan deni ikut dalam open house sekolah gemala ananda. sali pun ikut, dia masuk di dalam kelas, terpisah dari kami.

saya dan deni biar juga terlihat ga jelas, sebenernya punya visi yang jelas buat apa yang kita mau buat sali nanti, ini yang kita berdua pegang teguh di hubungan kita sebagai orang tua, kasarnya, ga peduli kita ga keliatan sukses sama orang lain, yang penting saya dan deni harus sukses sebagai orang tua. yaitu dengan berhasil membuat sali berkepribadian, punya kepercayaan, punya buah pikir, dan tidak cuma patuh pada otoritas, apapun itu.

ketika saya dan deni datang ke open house, kami disambut oleh kepala sekolah yang "agak beda" bentukannya, perempuan, blak-blakan, berambut pendek, dan berbusana casual, nama ibu jasmin. pertama bu jasmin memutar presentasinya kami langsung jatuh cinta.. dia memutar video klip pink floyd another brick in the wall. setelah itu semua presentasi dia soal sekolah makin membuat kami wannabe banget sama sekolah ini. semua yang kami inginkan buat sali terdeskripsi dengan jelas oleh bu jasmin. walau dengan tegas dia menyatakan sekolah ini bukan sekolah nitipin anak, yang punya tanggung jawab pertama buat ngajarin tetap orang tua, sekolah hanya membantu. kita jalan sama-sama.

setelah open house kami mendaftar via online, lalu menunggu dipanggil untuk trial sali, dan interview orang tua. trial sali berjalan lancar, tapi kami tidak juga dapat panggilan interview orang tua. padahal beberapa teman sudah mengabari kalau beberapa anak suadh diterima. yah udah saya pikir mungkin sekolah masih sibuk dengan aktifitas lain yang sedang jalan waktu itu, yaitu terima rapor.

akhir desember akhirnya kami dapat panggilan interview, waktu itu dijadwalkan tanggal 29, sudah hampir libur. saya dan deni ijin masuk siang, karena inteviewnya jam 9. deg-degan sih, tapi begitu ketemu dengan ibu ninong, dan ngobrol soal orientasi sali, kami pun jadi santai. entah kami berdua juga mungkin sudah tahu persis apa yang kami berdua mau dengan sali, kami pun jadi lancar, saking lancarnya saya rasa kami terlalu terus terang. hihihi.. deni juga yang biasanya suka belibet, karena dia tau sali gimana, dan yang mau akan sali gimana, sama sekali ga mundur, maju terus hajar bleh..

dari orientasi sali, ibu ninong tahu bahwa formulir kami jujur soal kepribadian, interest dan non interestnya. dan kami ga nyangka, apa yang kita mau soal sali ternyata sudah mulai berbuah, kami ingin dia punya buah pikir, ternyata hasil orientasi dia punya logika yang di atas umurnya.

saya pun sempat menyatakan penting bagi kami dia masuk ke lingkungan yang homogen. dia harus terbiasa dengan sesuatu yang berbeda dengan dia, ga ada yang selalu benar, dan selalu salah. beda itu gapapa, bahkan kalau dia berbeda keyakinan dengan ibu dan abahnya, dia ga durhaka. kami mau dia punya faith, bukan hanya taat. jadi ketika dia ada lingkungan nyata nanti dia ga gagap perbedaan, dan punya empati lebih buat yang berbeda dengan dia.

mengejutkannya setelah saya dan deni ngomong sejujur-jujurnya dan ampir atheis itu, kami langsung dapat kabar besoknya, yaitu tanggal 30, kalau sali diterima. sungguh saya bahagia sekali, i have a lot of faith and a lot of hope buat sekolah ini. semoga segala kerjasama kami mendidik sali berbuah manis...

Comments

Popular Posts